Perlawanan Diam: Mengenal Lebih Dekat Gerakan Aksikamisan
Perlawanan Diam: Mengenal Lebih Dekat Gerakan Aksikamisan
Gerakan protes selalu datang dalam berbagai bentuk, dan tidak semuanya melibatkan teriakan atau spanduk besar. https://www.aksikamisan.net/ Ada perlawanan yang dilakukan dengan diam, namun memiliki pesan yang sangat kuat. Salah satu contohnya adalah Aksikamisan, sebuah aksi kamisan yang dilakukan di depan Istana Negara, Jakarta. Gerakan ini dimulai oleh para keluarga korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat di masa lalu yang menuntut keadilan.
Awal Mula dan Tujuan Aksikamisan
Aksi Kamisan pertama kali diadakan pada 18 Januari 2007. Saat itu, sekelompok kecil ibu-ibu dan aktivis berpakaian serba hitam dan membawa payung hitam, berdiri di seberang Istana Merdeka setiap hari Kamis sore. Pakaian hitam melambangkan duka, sementara payung hitam menjadi simbol perlindungan dan ketabahan dalam menghadapi hujan atau panasnya cuaca. Gerakan ini dipelopori oleh beberapa sosok, termasuk Sumarsih, ibu dari Bernardinus Realino Norma Irawan (Wawan) korban Tragedi Semanggi I, dan Maria Katarina Sumarsih, ibu dari mahasiswa korban Semanggi I yang tewas ditembak. Tujuannya sederhana namun fundamental: menuntut negara untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang hingga kini belum tuntas, seperti Tragedi 1965, Kasus Talangsari, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, serta kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis 1997-1998.
Makna Simbolis di Balik Payung Hitam
Payung hitam bukan sekadar alat pelindung dari cuaca. Lebih dari itu, payung hitam memiliki makna simbolis yang mendalam. Payung ini melambangkan harapan yang terus menaungi, meskipun keadilan yang mereka cari belum juga datang. Warna hitam melambangkan duka dan kesedihan yang tak kunjung usai. Setiap payung seolah menjadi saksi bisu dari perjuangan dan penantian panjang para korban dan keluarga. Aksi diam ini justru menjadi bentuk perlawanan yang sangat efektif karena menarik perhatian publik dan media tanpa harus membuat keributan. Keberadaan mereka yang konsisten setiap Kamis sore di lokasi yang sama mengirimkan pesan kuat bahwa mereka tidak akan pernah menyerah dan akan terus mengingatkan negara akan utangnya kepada para korban.
Dampak dan Pengaruh Aksikamisan
Aksikamisan telah menginspirasi banyak pihak dan bahkan memicu gerakan serupa di kota-kota lain di Indonesia. Meskipun respons dari pemerintah seringkali lambat, konsistensi Aksikamisan telah berhasil menjaga isu pelanggaran HAM tetap relevan dalam diskursus publik. Gerakan ini juga menunjukkan bahwa perlawanan tidak harus selalu agresif. Kekuatan dari Aksikamisan terletak pada keteguhan hati dan komitmen para pesertanya. Mereka membuktikan bahwa diam dapat berbicara lebih keras daripada kata-kata.
Hingga saat ini, lebih dari 800 aksi telah dilakukan, dan mereka tetap berdiri tegak, berharap suatu hari nanti keadilan akan ditegakkan. Perlawanan diam ini menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua tentang pentingnya keadilan dan perlindungan hak asasi manusia.





